Pada suatu malam dalam bulan September, beberapa hari menjelang Pesta Salib Suci, Sdr. Leo berangkat pada waktu yang biasa untuk berdoa matin (sekarang Ibadat Bacaan) bersama Fransiskus. Ketika dia berseru, “Domine, labia mea aperies” dari ujung jembatan, Fransiskus tidak menjawab. Sdr. Leo tidak kembali seperti yang diperintahkan oleh Fransiskus, namun dengan niat yang baik dan suci, dia menyeberangi jembatan dan perlahan-lahan memasuki pondok Fransiskus. Ia tidak menjumpai dia di sana. Ia mengira bahwa Fransiskus telah pergi ke suatu tempat lain di hutan untuk berdoa. Oleh karena itu ia keluar dan dalam cahaya bulan ia dengan diam-diam mencarinya di hutan. Dilihatnya Fransiskus sedang berlutut, wajah dan tangannya tertengadah ke langit, dan berseru dengan semangat bernyala-nyla, “Siapakah Engkau, Tuhan Allah yang amat manis?” Ia terus mengulangi kata-kata itu tanpa mengatakan lainnya.